Isnin, 31 Julai 2017

DIA SEORANG GURU





"DIA SEORANG GURU"






Dia tidak hanya pensyarah,
Juga penyelia.

Dia lebih dari itu,
Lebih dari sekadar itu,
Lebih tinggi, lebih jauh, lebih dalam,
Dia adalah GURU.

Justeru itu,
Bukan peraturan yang menjadi sempadan,
Tidak juga undang-undang yang menjadi batasan,
Tapi kata ADAB lah yang menjadi jambatan perhubungan.

Ada suara sumbang berteriak:
"Dibelakangnya kau bersuara keras kelantangan,
Didepannya menikus ketakutan".

Apa mereka itu tidak mengetahui, memahami, menghayati,
Makna ertinya GURU dan berGURU!.

Kata hormat ini bukanlah didasari atas pangkat, darjat, posesi, kedudukan,
Tidak sama sekali!,
Tapi atas ilmu pengetauhan, pengalaman, kesusahan, kepayahan, kesabaran, ketabahan,
kerendahan hati, ketinggian budi, peranan, jasa, sumbangan,
Yang dicari, ditempuh dikutip, dikumpul, diamal sepanjang perjalanan hayatnya.

Dia dan sahabat-sahabatnya adalah orang-orang yang berjuang,
Orang-orang yang berkorban,
Sedang aku dan kawan-kawan hanyalah budak-budak yang menikmati hasilannya sahaja.


Sosok ini,
Pengingat, pemesan dan penyedar,
Akan peri pentingnya,
Kata bahasa, bangsa dan agama,
Bertuhan dan berfitrah.

Kau yang pernah baik, pernah mesra dan simpati kepadaku.

Terima kasih untuk segalanya,
Untuk setiap detik, saat, waktu, momennya,
Yang tak tersedar sudah 7 tahun waktunya.

Terima kasih untuk ilmunya
Untuk Jahai,
Lanoh
Batek,
Kintak,
Kensiu,
Mendrik,
Temiar,
Semai,
Chewong,
Jah Hut,
Semak Beri,
Mahmeri,
Temuan,
Semelai,
Jakun,
Duano,
Kanak,
Seletar.

Terima kasih untuk momennya
Untuk Gua Musang,
Sungai Kejar,
Tasik Banding,
Air Banun,
Sungai Raba,
Warung Pak Usop,
Air Bah,
Lenggong,
Gunung Ledang,
Kota Tinggi,
Pulau Besar,
Pulau Carey,
Pulau Kalumpang,
Kuala Gandah,
Kuala Mu,
Tanjung Belanja.

Terima kasih untuk ruang dan peluangnya
Untuk Riau,
Kuala Namu,
Pekan Baru,
Siak,
Rantau Berangin,
Muara Takus,
Kampar,
Ujung Batu,
Tambusai,
Kunto Darussalam,
Rokan

Terima kasih jua untuk
Kapal terbang, awan dan langit nan biru.
Rencana Tuhan tiada siapa yang tahu.

Terima kasih tak terucap, tak terkata, tak terhingga
Atas  didikan, bimbingan, tunjuk ajar, sokongan, dorongan, bantuan, pertolongan,
doa, dukungan, pembelaan.

Andailah,
7 petala langit,
7 petala bumi,
Bulan, bintang, matahari,
Dunia dan segala isi,
Di tanganku,
Takkan dapat,
Takkan pernah dapat pun,
Untuk membayar dan membalas segalanya,
Hatta sepatah kata ilmu sekalipun.

Maaf atas salah, silap dan dosanya.

Dari mu,
Tiada apa pun ku pinta, ku harap, ku pohon.

Hanya satu kata,
Kata keramat yang tidak sekadar dilafaz,
Tapi turut ditasdik di hati, qalbi, sanubari,
Itulah kata REDHA,
Redha Tuhanku terletak di tanganmu,
Redha Guru, Redha Tuhan.

Semua ini,
Kelaknya nanti,
Akan menjadi,
Sebuah kisah klasik untuk masa hadapan.


"Duduk tunduk menuntut ilmu,
Mengharap REDHA dari Sang GURU,
Terima kasih atas kebaikanmu,
Mohon maaf atas kejahatanku".

TERIMA KASIH, TERIMA KASIH, TERIMA KASIH,
MAAF, MAAF, MAAF.




Dari anak murid mu Amir Ahmad 
Kepada Guru ku DR. HAMID MOHD ISA.

Puisi ini dikarang khusus untuk GURU 
Pada 28 Julai 2017 M
Bersamaan 4 Zulkaedah 1438 H
Hari Jumaat
Pada jam 3.17 am
Di B10, PPAG USM

Puisi ini dideklamasikan khas untuk GURU
Pada 28 Julai 2017 M
Bersamaan 4 Zulkaedah 1438 H
Hari Jumaat
Pada jam 11.30 am
Di lobi PPAG USM.











Tiada ulasan: